Senin, 07 November 2011

Menghabiskan waktu di pura batu bolong dan pantai senggigi


 

Pagi menjemput mimpi-mimpi saya dengan cepat, rasa pegal karena snorkling kemarin masih belum hilang,namun saya sudah harus siap-siap berkemas untuk melanjutkan perjalanan saya ke pantai senggigi. Sekitar pukul 8 pagi, saya di antar dion menuju tempat perahu  yang akan menyebrang ke pulau lombok. Setelah membeli tiket seharga 10k dan menunggu penumpang berjumlah 25 orang,perahu pun di  berangkat menuju lombok. Bay,,gili trawangan.
Setelah menyebrang sekitar 30 menit,saya sampai di pelabuhan bangsal. Dari sini saya putuskan untuk jalan kaki saja menuju pemenang. Baru beberapa meter berjalan ada bapak cidomo yang menawarkan jasanya. Setelah deal di harga 2k,saya naik bersama 2 bapak-bapak penumpang yang sudah duluan naik. Sempat terjadi percakapan antara saya dan bapa-bapak yang naik cidomo itu. Saya sempat menayakan tentang ankot yang menuju senggigi dari pemenang,namun menurut penuturan bapak tersebut  angkot itu tidak ada. Kalau pun ada hanya pada jam tertentu saja di pagi hari,bapak itu menyarankan saya agar saya menggunakan angkot tujuan  mataram tapi  turun di pasar gunung sari dan menlanjutkan perjalanan menggunakan ojek ke senggigi.  Saya pun  menuruti saran bapak itu, dari pemenang saya naik angkot tujuan mataram(bayar 10k) dan turun di pasar gunung sari, kemudian dilanjut menggunakan ojek seharga 7k menuju pura batu bolong. *kalo kalian gak mau repot,bisa langsung ke senggigi dari pemenang menggunakan jasa ojek. Harganya tergantung ke pintaran kalian menawar,keuntungan lain naik ojek adalah kalian akan melewati bukit malimbu dan bisa berhenti sebentar di sana untuk sekedar poto-poto. 
pura batu bolong

Sesampainya di pura batu bolong,saya di sambut ibu-ibu penjaga pura. Setelah menggunakan kain kuning dan membayar sumbangan perawatan pura seiklasnya, saya mulai memasuki gerbang pura. Pura ini sangat sepi, hanya ada saya saja pengunjung nya saat itu. Saya berkelililing mengunjungi setiap sisi pura yang berbatasan langsung dengan pantai. Pura ini di bangun di sebuah batukarang yang berlubang yang langsung berbatasan dengan laut,makanya di sebut pura batu bolong.

sesajen
 Setelah puas berkeliling pura,saya putuskan untuk mengahiri  kunjungan saya ke pura ini dan saya mulai menyusuri jalan raya ke arah utara(ke pantai senggigi). Karena hari sudah siang dan perut mulai terasa lapar,saya putuskan untuk makan siang dulu di warung pinggir jalan di sebelah hostel made. Ibu  pemilik warung  sangat ramah ,sempat berbincang-bincang cukup lama sekalian saya numpang ngecas hp. Biasalah setiap ke temu orang pasti selalu di beri pertanyaan yang sama: dari mana mas? Kok sendiri? Temannya mana?, ya walaupun agak males ngejelasinnya tapi mau gimana lagi toh kenyataannya saya emang jalan sendiri,hehe. Setelah cukup lama ngobrol, saya putuskan untuk melanjutkan perjalanan ke senggigi, si ibu itu memberi tahu agar saya jalan susur pantai aja ke senggigi di banding harus menyusuri jalan raya. Setelah di beri tahu jalanya(gang sempit di sebelah hotel jayakarta (kalo gak salah nama hotelnya itu) sebenarnya tidak nampak seperti gang Cuma lorong sempit) saya mulai menyusuri jalan itu dan berahir di sebuah pantai. Senggigi?entahlah, sepertinya memang senggigi karena ini sudah masuk kawasan senggigi. Namun jangan tanya bagai mana pasir di sini, sangat jauh dengan interpretasi saya tentang pantai senggigi. Saya pikir sengigi itu pantai dengan ombak besar dan ber pasir putih,kenyataanya hanya ada riak air dan pasir putih kusam yang bercampur dengan sedikit butir-butir pasir hitam,tapi walau begitu tak menghilangkan rasa senang saya, karena ini adalah kunjungan pertama saya dan ini adalah senggigi. 

senggigi?
Saat itu waktu menunjukan pukul  14 siang, dan sudah bisa kalian tebak Cuma ada saya aja di pantai (ya iyalah jam segini siapa yang mau panas-panasan di pantai,haha). Saya begitu menikmati suasana sepi seperti ini,walau pun ke panasan tapi saya tetap bergembira jalan menyusuri pantai senggigi menuju utara(udara panas kadang membuat saya agak gila,tak bisa membedakan mana yang di sebut menyenangkan dan mana yang di sebut menyiksa,haha).  Di sebelah kanan saya berdiri berbagai fasilitas hotel (gajebo,kolam renang,kursi malas dan sebagainya) dan sebelah kiri saya lautan yang tenang. Setelah berjalan cukup lama,pasir pantai berubah menjadi  susunan beton penahan ombak. Di sini banyak yang mancing dan ada jg beberapa orang yang berselancar di antara riak air (kayaknya kurang cocok kalau di sebut ombak). Beton-beton penahan air ini berujung di sebuah tanjung kecil(beton yang menjorok ke lautan).

 Setelah melewati tempat ini,barulah pemandangan berubah 180 derajat,terutamam pasirnya. Di sini pasirnya berwarna putih kekuning-kuningan,dan saya mulai berpikir mungkin ini pantai senggigi yang asli,haha. Setelah menyaksikan beberapa orang yang mancing dan bersnorkling(aneh di tempat kayak gini ada orang yang snorkling) saya melanjutkan perjalana. Melewati para pedagang aneka gelang dan kalung yang di gelar di jalan setapak,mirip pedagang kaki lima di trotoar jalan raya, di sini pun banyak di jumpai panyewaan alat snorkling dan cano. Berjalan lebih jauh lagi,saya banyak menemui kapal-kapal nelayan yang bersandar di  pasir dan sampailah saya di pusat informasi yang bersebelahan dengan toko-toko oleh-oleh (di sini saya tambah yakin kalo ini lah pantai senggigi yang asli,haha). Tapi di  pantai ini tidak terlalu bebas,karena banyak sekali fasilitas hotel berbintang yang di letaka di pantai,malah ada satu hotel yang memagari(dengan janur)  sebagian besar pantai dan di hias beraneka janur dan bunga beserta kursi-kursi dam meja makan (mirip-mirip di jimbaran gitu lah).


Saya terus berjalan sampai mentok di ujung pantai yang berbatasan dengan tebing,setelah di lihat-lihat tak ada jalan menuju jalan raya dari sini (sebenarya jalan raya nampak terlihat di pantai ini,tapi terhalang oleh pagar dan taman hotel,gak mungkin dong saya loncat dan masuk kawasan hotel,yang ada saya di usir satpam nanti). Ahirnya saya putar balik ke arah pusat informasi,tapi belum sampai pusat informasi saya nemu jalan menuju jalan raya. Dan ternyata jalan ini adalah jalan ke pasar seni senggigi,muter-muter lihat aneka oleh-oleh walau pada ahirnya saya gak beli,haha.  Saya cukup lama berdiam di  salah satu pojok kios untuk meneduh,karena kebetulan di sini hujan deras. Hujannya cukup lama dan membuat saya lapar,untunglah ketemu makana favorit saya(rujak buah potong). Setres kan ujan-ujan gini makan rujak,hehe. 

senggigi di lihat dari tebing
Hujan menahan saya cukup lama di pasar seni ini, sudah ngobrol ngalor ngidul dengan penjaga parkir yang neduh bareng,sudah makan rujak, tapi belum reda juga. Sekitar pukul 17 hujan reda,dan langit berubah jadi agak cerah. Sinar matahari bewarna kemerahan mulai menyinari,ini saatnya saya menyaksikan mentari pulan ke peraduannya. Awalnya ingin menikmatinya di pantai,tapi saya putuskan melihatnya dari  jalan raya di atas tebing(mirip malimbu gitu *padahal gak ada mirip-miripnya sama sekali,haha. Letaknya sekitar 500m dari pasar seni ke arah utara). Perjalanan ke sini butuh exstra energi,karena jalannya menanjak. Sesampinya di sana saya duduk-duduk bersama beberapa orang yang juga ingin menikmati senja di kursi kayu yang di sediakan para pedagang jagung bakar. Namun pemandangan di sini tidak terlalu bagus,karena pandangan kita terhalang pepohonan kelapa.  Begitu selesai menyaksikan matahari tenggelam di laut(mataharinya bener-bener tenggelam di laut,hehe),saya kembali ke pasar seni menunggu teman yang akan menjemput saya dan mengajak saya menginap di tempatnya.
sunset


Tidak ada komentar:

Posting Komentar